Siswi sekolah banyak yang Hamil di luar nikah ? Ini sebabnya yang wajib diketahui.

Sekolah merupakan tempat siswa untuk menimba ilmu sekaligus tempat pembentukan kepribadian siswa. Tak kalah penting yang menjadi sebuah sorotan di mata masyarakat adalah perilaku seorang siswa ketika di luar sekolah. Buruknya akhlak seorang siswa tentu berdampak buruk bagi sebuah lembaga pendidikan yang di tungganginya.

Nah itu dia sekilas tentang pengaruh akhlak buruk terhadap sekolah di mata masyarakat. Mungkin bukan menjadi pemandangan asing bagi kita perihal perilaku menyimpang yang banyak terjadi di kalangan siswa siswi pelajar salah satunya adalah hamil di luar nikah.

Masalah ini seolah menjadi kasus yang tak terelakkan. Karena selalu saja memakan korban. Banyak sekolah yang kewalahan menghadapi penyimpangan yang satu ini, bahkan mungkin bisa di katakan gagal. Lalu sebenarnya apa yang melatar belakangi penyimpangan ini? Dan apa solusinya?

Nah kali ini saya akan berbagi mengenai masalah di atas, apa sebabnya dan apa solusinya. Yuk simak baik-baik.

Kita mulai dari latar belakang penyimpangan, ini dia:


1. Siswa dan siswi di jadikan satu ruangan

Masalah pertama ini mungkin menjadi masalah serius yang memang harus mendapat perhatian khusus bagi sebuah lembaga pendidikan dan masyarakat. Pasalnya, masalah ini lah yang menjadi latar belakang terciptanya penyimpangan hamil di luar nikah.

Ya, tampaknya memang remeh dan sepele. Tapi masalah ini jangan di abaikan. Tidak mungkin ada asap tanpa ada bara api. Semua kejadian pasti ada sebab yang menghantarkan kepada inti kejadian.

Berikut contoh kronologisnya:

Ketika siswa dan siswi di jadikan satu ruangan di dalam satu kelas, otomatis mereka akan saling berkenalan satu sama lain. Berawal dari perkenalan inilah yang menjadi peluang besar mereka untuk bisa saling dekat mendekati.

2. Peran Media sosial

Latar belakang kedua yang melatar belakangi penyimpangan hamil di luar nikah adalah peran media sosial. Terlebih saat ini sudah terlalu mudah untuk menjangkau alat komunikasi walaupun berjauhan jarak.

Kembali pada kronologis. Setelah kronologis pertama siswa siswi saling mengenal, selanjutnya mereka akan saling bertukar nomor handphone, pin BB, whatsapp dan medsos lainnya. Di awali dari perkenalan di dalam kelas lalu beranjak berkenalan lebih dekat melalui medsos.

3. Pacaran.

Ini dia inti dari masalah yang sedang kita bahas. Di zaman yang penuh dengan kemajuan teknologi ini memang sangat menguntungkan, namun sangat di sayangkan, kemajuan teknologi itu tidak sejalan dengan perilaku siswa siswi yang ada dari masa ke masa.

Kembali ke kronologis. Setelah siswa dan siswi tadi saling mengenal di dalam ruang kelas lalu beranjak mengenal lebih dekat melalu medsos maka tahapan selanjutnya yang akan mereka lakukan adalah pacaran yang di ungkapkan melalui medsos. Otomatis dengan adanya hubungan pacaran dan kemudahan sarana medsos akan menjadikan mereka semakin leluasa untuk membuat rencana penyimpangan yang sedang kita bahas ini.

5. Mengadakan pertemuan spesial.

Poin ke lima ini adalah buah dari percakapan dua siswa siswi yang telah berpacaran di medsos.

Kronologisnya adalah pasangan siswa siswi yang telah berpacaran, mungkin awalnya mereka asik dengan percakapannya di medos. Tetapi lambat laun kemudian, timbul rasa ingin bertemu. Dari sinilah penyimpangan inti mulai terencanakan dengan rapi.

6. Sedikit demi sedikit tapi pasti.

Setelah kita sebutkan pada lima poin di atas yaitu mulai dari pertemuan di dalam satu ruangan, berkenalan lebih dekat melalui medsos, meresmikan hubungan pacaran, mengadakan pertemuan spesial, maka pada tahap berikutnya mereka akan mencari-cari kesempatan untuk melakukan penyimpangan inti yang sedang kita bahas ini.

Sungguh ironisnya kelakuan menyimpang yang menimpa generasi bangsa kita. Semoga dikemudian hari ada perbaikan yang mengarahkan kepada solusi terbaik dalam menangani masalah ini. Sungguh menangani anak yang terjerat narkoba itu tidak lebih berat dibandingkan menangani peserta didik yang sudah mengenal lawan jenisnya bagi yang mau berpikir dengan akal sehat.

Lalu apa solusinya ?

Setelah kita mencermati kronologi demi kronologi di atas, maka kita bisa mengambil kesimpulan, solusi yang tepat adalah:

1. Pisahkan antara siswa laki-laki dan perempuan menjadi ruangan yang terpisah.

2. Sebagai seorang pendidik, seharusnya mengajarkan kepada peserta didiknya untuk menumbuhkan rasa malu terhadap lawan jenisnya.

3. Guru dan orang tua murid harus saling bekerja sama di dalam mengawasi perkembangan anak didiknya

4. Kontrol dengan benar penggunaan medsos oleh anak, jangan di lepas begitu saja.

5. Laranglah murid dari yang namanya pacaran.

Dan tentu solusi lainnya masih banyak yang belum bisa saya tulis di tulisan sederhana ini. Semoga bermanfaat.

0 komentar: